Kabarkalimantan.id — Para ilmuwan di Pusat Internasional untuk Fisiologi dan Ekologi Serangga (ICIPE), yang berlokasi di Nairobi, Kenya, pada hari Senin (11/11) mengumumkan penemuan yang dapat menjadi solusi potensial dalam mengatasi masalah sampah plastik global. Penelitian ini melibatkan larva kumbang gelap kecil yang dikenal dengan nama ilmiah ‘Alphitobius’, yang ditemukan mampu mengonsumsi plastik yang selama ini menjadi kontributor utama dalam polusi plastik di seluruh dunia. Penemuan ini membuka harapan baru dalam pencarian metode ramah lingkungan untuk mengatasi limbah plastik yang semakin meningkat, terutama di negara-negara berkembang.
Fathiya Khamis, ilmuwan senior di ICIPE dan peneliti utama dalam studi ini, menjelaskan bahwa meskipun ulat bambu sering dianggap sebagai cacing biasa, mereka adalah larva dari kumbang gelap yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengurai plastik. Ulat bambu yang dipelajari dalam penelitian ini merupakan spesies yang sama dengan Tenebrio molitor, yang sering digunakan di seluruh dunia untuk menguraikan plastik, khususnya polietilena. Khamis menjelaskan, “Meski dianggap remeh, ulat bambu memiliki peran penting dalam ekosistem, dan sekarang kita melihat potensinya dalam mengatasi masalah plastik.”
Penemuan ini sangat relevan mengingat masalah polusi plastik yang semakin mendalam, termasuk di Afrika. Meskipun Afrika hanya menghasilkan sekitar lima persen dari sampah plastik global dan menggunakan empat persen dari plastik dunia, benua ini telah melihat peningkatan signifikan dalam penggunaan plastik sekali pakai. Hal ini menjadikan Afrika sebagai benua kedua yang paling tercemar oleh plastik setelah Asia. Khamis juga mengungkapkan bahwa penelitian ini dapat membantu memberikan solusi bagi peningkatan polusi plastik di benua ini.
Penelitian di ICIPE berfokus pada kemampuan ulat bambu untuk mengonsumsi polistiren, jenis plastik yang banyak digunakan dalam kemasan makanan dan produk sekali pakai lainnya, yang sulit diurai secara alami. Polistiren yang dikenal dengan nama dagang styrofoam sering ditemukan dalam bentuk wadah makanan, cangkir, dan piring sekali pakai, serta sebagai insulasi dalam konstruksi. Limbah polistiren ini telah menjadi masalah serius karena sangat sulit terurai di alam dan berkontribusi pada pencemaran lingkungan yang signifikan.
Abdou Tenkouano, direktur jenderal ICIPE, menyatakan bahwa temuan ini tidak hanya menawarkan potensi solusi untuk polusi plastik, tetapi juga membuka peluang untuk memaksimalkan manfaat ulat bambu dalam bidang lain, terutama sebagai sumber protein. “Selain memiliki kemampuan untuk menguraikan plastik, ulat bambu juga merupakan sumber serangga yang kaya nutrisi dan dapat dimakan, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan di masa depan,” ujar Tenkouano.
Lebih lanjut, tim peneliti ICIPE juga berfokus pada aspek bioremediasi, yakni penggunaan mikroorganisme atau organisme hidup lainnya untuk membersihkan lingkungan yang tercemar, seperti tanah dan air tanah. “Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi polusi di banyak ekosistem yang tercemar akibat sampah plastik,” tambah Khamis. Studi ini juga dapat berperan dalam pengembangan strategi pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan, termasuk melalui penggunaan organisme hidup yang dapat menguraikan sampah.
Rekan peneliti lainnya, Evalyne Ndotono, mengungkapkan bahwa penelitian mereka terus berlanjut untuk memahami lebih dalam tentang proses bagaimana ulat bambu mengonsumsi polistiren dan apakah mereka mendapatkan manfaat nutrisi dari bahan tersebut.
Pentingnya penelitian ini juga terletak pada dampaknya terhadap ekonomi sirkular, di mana limbah plastik dapat diproses menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, penemuan ini bisa membantu membuka jalan bagi pengembangan teknologi baru dalam bidang pengolahan limbah, yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Jika hasil penelitian ini dapat direalisasikan dalam skala besar, mungkin akan ada peluang untuk menggunakan ulat bambu sebagai salah satu alat utama dalam upaya mengurangi sampah plastik di dunia.
Dengan adanya penelitian ini, ICIPE juga berharap bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan lebih lanjut dalam hal bioteknologi dan pengelolaan sampah, yang sangat diperlukan di tengah krisis plastik global. Jika terbukti efektif, metode ini dapat menjadi bagian dari solusi yang lebih luas untuk menciptakan dunia yang lebih bersih dan berkelanjutan.