KabarKalimantan.id — Warga Dusun Kaliandhong, Desa Dawuhan, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, dikejutkan dengan penemuan lubang misterius yang tiba-tiba muncul di dasar Sungai Kalisat. Kejadian ini menarik perhatian besar, lantaran lubang tersebut menyedot aliran sungai hingga airnya mengering, ditemukan pada Jumat (01/11). Padahal, hujan baru saja turun pada Kamis (31/10) di desa yang baru saja mengalami kemarau panjang itu.
Menurut warga setempat, air yang biasanya mengalir deras di Sungai Kalisat seolah lenyap ditelan lubang yang muncul begitu saja. Paino, salah seorang warga, mengisahkan awal mula penemuan lubang ini, “Waktu itu Pak Supri yang pertama kali lihat air sungainya tidak mengalir, malah masuk ke dalam lubang besar itu. Semua orang kaget dan tidak tahu kenapa ini bisa terjadi,” ujarnya pada (08/11)
Warga khawatir jika air tak mengalir di sungai Kalisat. Pasalnya, warga begitu menggantungkan air dari aliran sungai tadah hujan ini.Dalam kemarau ini, lanjut Supriono, hujan baru dua kali turun di Desa Dawuhan. Apalagi, sepanjang hari kebutuhan air warga menggantungkan dari dropping air bersih BPBD Kabupaten Blitar. Hal ini terjadi setiap tahun di desanya.
Ketika berita menyebar, lubang misterius ini semakin menarik perhatian warga sekitar yang ingin melihat fenomena alam ini dengan mata kepala sendiri. Demi keselamatan, Kepala Desa Dawuhan, Ahmad Muhibuddin, segera menghubungi pihak terkait untuk melakukan penjagaan dan membatasi akses warga ke lokasi. “Kita berusaha mengantisipasi supaya warga tidak mendekat karena kita belum tahu apa yang ada di dalam lubang itu,” jelas Muhibuddin.
Untuk menghindari risiko yang mungkin terjadi, petugas dari Polsek Lodoyo Barat memasang garis polisi di sekitar area lubang. Mengetahui fenomena ini, Badan Geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) langsung mengirim tim untuk melakukan kajian awal. Abdullah Husna, seorang peneliti dari Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi, menduga lubang tersebut merupakan fenomena alam yang dikenal sebagai “sinkhole,” yang sering terjadi pada batuan kapur.
Husna menjelaskan bahwa kawasan sekitar aliran Sungai Kalisat memiliki batuan gamping yang kaya kalsium karbonat. Ketika hujan turun, air tersebut melarutkan kalsium karbonat selama bertahun-tahun, sehingga membentuk rongga di bawah tanah. “Ini adalah proses alam yang biasa terjadi di batu gamping. Di permukaan, diameter lubang mungkin hanya 1,5 meter, tetapi di dalamnya bisa lebih besar karena air mengalir ke saluran bawah tanah. Fenomena ini disebut sinkhole,” jelas Husna.
Badan Geologi berencana melakukan pengukuran geofisika dan geolistrik untuk memahami kedalaman dan luas lubang tersebut, termasuk bagaimana air sungai dialirkan ke bawah permukaan tanah. Kepala Desa Dawuhan, Ahmad Muhibuddin, juga telah berkirim surat ke Pemkab Blitar dan Badan Geologi untuk meminta bantuan dalam memastikan keamanan lingkungan sekitar sinkhole ini.
Fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Desa Dawuhan. Dua tahun sebelumnya, warga setempat menemukan gua alami dengan stalaktit dan stalakmit yang tersembunyi di area penambangan batu kapur, sekitar tiga kilometer dari lokasi lubang misterius. “Dua tahun lalu, pekerja tambang menemukan gua dengan stalaktit dan stalakmit. Jadi ini adalah kali kedua warga menemukan fenomena alam seperti ini di desa kami,” tambah Muhibuddin.
Kemunculan sinkhole ini membuka peluang bagi desa untuk mengembangkan pariwisata alam. Warga berharap, jika kondisi memungkinkan dan tidak membahayakan, lubang misterius ini bisa menjadi daya tarik wisata baru. “Kalau memang tidak membahayakan, siapa tahu bisa jadi destinasi wisata alam. Tentu kami memerlukan dukungan dari pemerintah kabupaten hingga pusat,” tambah Muhibuddin.
Sanip, Ketua RT 01 RW 10 Dusun Kaliandhong, mengungkapkan bahwa fenomena ini membuat warga penasaran, tetapi juga cukup khawatir. Meski demikian, Sanip meyakini fenomena lubang misterius ini adalah bagian dari kekayaan alam yang menarik untuk dijelajahi lebih lanjut.
Badan Geologi berencana mengadakan penelitian lebih mendalam dalam waktu dekat, termasuk uji geolistrik dua dimensi untuk mengetahui apakah terdapat rongga-rongga bawah tanah lain yang belum teridentifikasi. Abdullah Husna menambahkan bahwa selain analisis teknis, aspek ekologi dan keselamatan lingkungan juga menjadi pertimbangan utama.