Kabarkalimantan.id — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyambut positif penyelenggaraan acara diskusi bertajuk “Sustainability dan Pengelolaan Limbah B3: Tantangan dan Solusi untuk Masa Depan.” Acara yang berlangsung di Jakarta ini melibatkan berbagai ahli, seperti Chief Engineer dan profesional dari sektor industri serta hospitality, yang berkomitmen terhadap pengelolaan limbah berbahaya dan beracun (B3) secara berkelanjutan. Diskusi ini memberikan ruang bagi pelaku industri untuk berbagi praktik terbaik dalam menangani limbah B3, sekaligus mendorong pemahaman masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah yang bertanggung jawab demi masa depan lingkungan yang lebih baik.
Kegiatan tersebut mendapat apresiasi dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta. Menurut Martha Solinda Sinaga, Ahli Muda Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, acara ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, namun juga memfasilitasi transfer pengetahuan yang diperlukan dalam pengelolaan limbah B3. “Acara ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan praktik pengelolaan limbah B3 yang baik dan benar, sehingga aspek keberlanjutan dalam pengelolaan limbah dapat tercapai,” kata Martha pada Selasa (12/11).
Pengelolaan limbah B3 merupakan isu yang krusial di tengah meningkatnya aktivitas industri di Jakarta. Limbah B3 adalah limbah yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan karena sifatnya yang beracun, mudah terbakar, atau bersifat korosif. Maka dari itu, penanganannya memerlukan perhatian khusus dan pendekatan yang profesional. Pemprov DKI Jakarta menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi tantangan limbah B3 ini, mulai dari industri, penyedia jasa pengangkutan, hingga pemrosesan limbah. Kolaborasi semacam ini diharapkan dapat menciptakan solusi terpadu untuk menangani limbah B3 secara aman dan efisien.
Pendiri perusahaan pengelolaan limbah, Joseph Heru Sanjaya, menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi langkah nyata bagi industri dalam memahami pengelolaan limbah B3 serta menerapkan praktik yang lebih ramah lingkungan. “Kami ingin mendukung pelaku industri dalam menjawab tantangan keberlanjutan melalui layanan pengelolaan limbah yang efisien dan aman. Limbah B3 harus dikelola secara profesional agar tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar,” ujar Joseph. Dalam acara ini, perusahaan limbah berperan penting dalam membantu industri menerapkan pengelolaan limbah B3 yang memenuhi standar keamanan dan kesehatan lingkungan.
Selain itu, General Manager Envirotama Perkasa, Tefa Mahendra, menyatakan komitmennya sebagai perusahaan jasa pengangkut limbah B3 di Indonesia. “Kami bertanggung jawab mengangkut limbah B3 dari penghasilnya ke lokasi pengelolaan di berbagai wilayah Indonesia. Kami berkomitmen penuh untuk menyediakan solusi pengelolaan limbah B3 yang aman dan efisien. Acara ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama antara industri dan penyedia layanan untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan,” ungkap Tefa.
Dalam diskusi tersebut, Novrizal Salahuddin, mewakili Asosiasi Chief Engineer DKI Jakarta, juga menegaskan peran penting para profesional engineering dalam operasional bangunan dan manajemen limbah B3. Novrizal menyatakan bahwa para praktisi engineering bertanggung jawab dalam memastikan bahwa limbah yang dihasilkan dari berbagai operasional gedung di Jakarta dikelola dengan benar. Ini terutama berlaku pada limbah B3 yang berasal dari fasilitas besar, seperti hotel dan gedung perkantoran, yang membutuhkan pengelolaan khusus agar limbah berbahaya ini tidak mencemari lingkungan.
Keberlanjutan dalam pengelolaan limbah B3 mencakup beberapa aspek, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung keberlangsungan hidup di kota metropolitan seperti Jakarta. Kolaborasi lintas sektor dapat membantu menciptakan sistem yang mendukung tujuan ini, seperti pemanfaatan teknologi canggih dalam pemrosesan limbah serta pengembangan sistem daur ulang yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Upaya tersebut akan mampu mengurangi potensi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah B3 serta meminimalisir risiko kesehatan bagi masyarakat.
Pemprov DKI Jakarta berharap bahwa diskusi semacam ini akan menjadi langkah awal untuk mendorong lebih banyak inisiatif dalam pengelolaan limbah B3. Program-program edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan industri mengenai pengelolaan limbah B3 juga diharapkan dapat terus dilakukan. Dengan demikian, berbagai pihak di Jakarta dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, aman, dan sehat.