Kabarkalimantan.id — Pulau Bali, yang telah lama dikenal sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, kini semakin berkembang sebagai pusat investasi properti. Keindahan alam, budaya yang unik, serta peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang datang setiap tahunnya telah menjadikan Bali sebagai salah satu hot spot properti yang sangat diminati, tidak hanya di tingkat nasional namun juga internasional. Berdasarkan laporan dari General Manager NPG Indonesia, Evgeny Obolentsev, karakteristik Bali sebagai destinasi wisata internasional telah menarik minat wisatawan dengan pengeluaran tinggi, yang kemudian memicu perkembangan properti-properti premium di berbagai wilayah di Bali.
Sejak beberapa tahun terakhir, minat wisatawan asing untuk berinvestasi di Bali terus meningkat. Evgeny menyebutkan bahwa Bali memiliki daya tarik tersendiri karena harga properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya, terutama didorong oleh kenaikan kunjungan wisatawan internasional. “Bali kini menjadi hot spot destinasi investasi properti, bukan hanya di Indonesia, namun juga di Asia,” ungkap Evgeny Obolentsev dalam keterangannya, Senin, (11/11).
Data statistik dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat. Pada periode Januari hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 4.465.685 wisatawan asing yang tiba di Bali, naik 22,6% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Wisatawan asal Australia mendominasi kunjungan ini, diikuti oleh India, Tiongkok, Britania Raya, dan Korea Selatan. Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang, potensi pertumbuhan properti Bali diproyeksikan akan terus meningkat seiring waktu.
Pertumbuhan sektor pariwisata yang positif ini turut berperan dalam peningkatan harga properti di Bali. Menurut data terbaru dari REID (realinfo.id), harga rata-rata properti di Bali mengalami kenaikan sekitar 7% setiap tahun selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan properti di Bali cukup tinggi, terutama di daerah-daerah yang menawarkan potensi imbal hasil sewa (rental yield) tertinggi di Indonesia. Pada Juni 2024, total pendapatan properti di Bali mencapai USD142 juta, naik 33% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya dan menjadi pendapatan tertinggi di semester pertama tahun 2024.
Salah satu faktor yang menarik bagi investor properti di Bali adalah diversifikasi lokasi investasi. Selain wilayah-wilayah populer seperti Sanur, Seminyak, dan Ubud, kini wisatawan mulai melirik daerah-daerah baru di Bali bagian barat, seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, Nyanyi, dan Pererenan. Kawasan-kawasan ini terkenal dengan pemandangan alamnya yang hijau dan atmosfer yang lebih tenang, sehingga menarik perhatian generasi muda yang lebih suka lingkungan alami. Menurut Evgeny, hal ini menjadi salah satu tanda adanya pergeseran tren properti di Bali, di mana lokasi-lokasi baru ini memberikan peluang bagi pengembang untuk terus mengeksplorasi potensi bisnis properti di Bali.
Kawasan-kawasan seperti Seseh dan Pererenan kini menjadi favorit bagi investor properti yang mencari tempat lebih alami dan jauh dari keramaian kota. Wisatawan yang sering berkunjung ke Bali bahkan mulai berpikir untuk menetap di Bali, bukan hanya sebagai pengunjung sesaat. Banyak dari mereka yang ingin merasakan hidup di Bali dengan segala pesona alam dan budaya yang ditawarkannya. Hal ini tentu berdampak positif bagi industri properti di Bali, terutama dalam segmen properti premium yang banyak dicari oleh wisatawan internasional.
Namun, perkembangan industri properti di Bali juga dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti regulasi dan isu lingkungan. Pengembang perlu berhati-hati dalam mengelola proyek-proyek properti agar tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku serta menjaga kelestarian lingkungan Bali. Hal ini penting mengingat Bali memiliki daya tarik utama pada keindahan alam dan budayanya, yang harus dilestarikan agar tetap menjadi destinasi wisata unggulan.
Untuk mengakomodasi pertumbuhan wisatawan internasional dan memperkuat sektor properti, Bandara Ngurah Rai diperkirakan akan mencatat 24 juta kedatangan wisatawan pada tahun 2025. Jumlah tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi perkembangan industri properti di Bali, karena semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk berinvestasi di Pulau Dewata. Dukungan infrastruktur seperti peningkatan kapasitas bandara juga menjadi elemen penting dalam mendukung kelancaran arus kunjungan wisatawan dan menarik minat investor properti.
Bali telah menunjukkan potensinya sebagai pusat investasi properti yang menarik. Dengan meningkatnya minat wisatawan dan investor asing, industri properti di Bali diperkirakan akan terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Properti di Bali tidak hanya menawarkan keuntungan finansial melalui kenaikan harga dan rental yield yang tinggi, namun juga menawarkan pengalaman tinggal di salah satu pulau yang memiliki pesona alam dan budaya yang tidak ternilai. Hal ini membuat Bali semakin menonjol sebagai destinasi yang tidak hanya menarik untuk dikunjungi, tetapi juga menarik untuk dijadikan tempat tinggal dan investasi jangka panjang.