News  

Rupiah Melemah ke Rp16.332 per Dolar AS di Awal Pekan

Writer: Redaksi | Editor: Sarina

ilustrasi Rupiah. (int)

Kabarkalimantan.id — Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Senin (9/2). Rupiah tercatat melemah 49 poin atau 0,30 persen dibandingkan dengan nilai tukar sebelumnya, menjadi Rp16.332 per dolar AS.

Sebelumnya, pada perdagangan akhir pekan lalu, rupiah sempat mengalami penguatan. Pada Jumat pagi, rupiah diperdagangkan di level Rp16.334 per dolar AS setelah menguat tipis 7 poin atau 0,04 persen dari kurs sebelumnya di Rp16.341 per dolar AS. Penguatan ini kemudian berlanjut hingga penutupan perdagangan hari itu, dengan rupiah ditutup menguat 58 poin atau 0,36 persen ke level Rp16.283 per dolar AS.

Sejalan dengan pergerakan rupiah di pasar spot, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan tren penguatan pada hari yang sama. Kurs JISDOR tercatat naik ke level Rp16.325 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.330 per dolar AS.

Analis pasar keuangan menyebutkan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen global, termasuk kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Federal Reserve), serta kondisi ekonomi domestik. Faktor eksternal seperti ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan pergerakan dolar AS yang cenderung menguat menjadi tantangan bagi rupiah.

Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global, termasuk konflik geopolitik dan prospek perlambatan ekonomi di beberapa negara maju, turut mempengaruhi volatilitas mata uang di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ketergantungan pada impor bahan baku dan energi juga membuat rupiah lebih rentan terhadap pergerakan dolar AS di pasar global.

Selain faktor eksternal, kondisi ekonomi domestik turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Data makroekonomi seperti neraca perdagangan, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi menjadi indikator yang diawasi oleh investor dalam menentukan arah investasi. Meski Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya stabilisasi, tekanan terhadap nilai tukar masih terjadi akibat permintaan dolar yang meningkat dari sektor korporasi dan investor asing.

Sejumlah analis memperkirakan bahwa pelemahan rupiah dapat berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, terutama jika tekanan eksternal masih kuat. Meski demikian, beberapa pelaku pasar optimistis bahwa stabilitas ekonomi Indonesia yang didukung oleh cadangan devisa (cadev) yang cukup akan membantu menahan tekanan terhadap rupiah.

Bank Indonesia diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjaga stabilitas rupiah. Selain itu, kebijakan moneter yang hati-hati dan koordinasi dengan pemerintah dalam menjaga keseimbangan fiskal juga menjadi faktor yang dapat memberikan sentimen positif bagi rupiah.

Bagi investor dan pelaku usaha, volatilitas nilai tukar rupiah ini menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, strategi mitigasi risiko, seperti lindung nilai (hedging), menjadi langkah yang disarankan untuk menghadapi ketidakpastian pasar.

Melemahnya rupiah ke level Rp16.332 per dolar AS pada awal pekan ini mencerminkan tekanan yang dihadapi mata uang domestik dari berbagai faktor global dan domestik. Dengan proyeksi ketidakpastian ekonomi dunia yang masih tinggi, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap pergerakan nilai tukar dan mengambil langkah strategis dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berkembang.