Kabarkalimantan.id — Kalimantan Selatan (Kalsel) mencatatkan peningkatan signifikan dalam Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) pada tahun 2024, yang mencapai angka 75,73. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 2,23 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni 73,50. Meskipun tren peningkatan ini menunjukkan progres yang positif, kualitas air sungai di provinsi ini masih tetap menjadi tantangan besar yang memerlukan perhatian serius.
Berdasarkan data sementara yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indeks Kualitas Air (IKA) Kalsel pada tahun 2024 tercatat sebesar 56,42, yang juga mengalami kenaikan 0,78 poin dibandingkan dengan tahun 2023. Namun, hasil pemantauan terhadap 533 titik air sungai di wilayah Kalsel menunjukkan bahwa mayoritas titik pemantauan masih berada pada status cemar ringan, yaitu sebanyak 336 titik, sementara 13 titik berada pada status cemar sedang. Hanya sekitar 184 titik yang memenuhi baku mutu atau standar kualitas air yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbaikan, kualitas air sungai masih berada dalam kategori yang memerlukan perhatian besar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana, menjelaskan bahwa beberapa parameter utama pencemaran air sungai di wilayah ini meliputi BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis), jumlah koliform, COD (Kebutuhan Oksigen Kimia), dan TSS (Total Suspended Solid). Pencemaran yang terjadi berasal dari berbagai sumber, antara lain limbah rumah tangga, aktivitas pertanian, serta sektor pertambangan dan perkebunan.
Limbah domestik, seperti sisa makanan, detergen, dan kotoran manusia, menjadi salah satu penyumbang utama tingginya kandungan koliform dan BOD di sungai-sungai di Kalsel. Selain itu, penggunaan pupuk dalam aktivitas pertanian memperburuk kondisi kualitas air, terutama melalui limpasan yang mengalir ke badan air, khususnya saat musim hujan. Aktivitas galian C dan pertambangan batubara juga berkontribusi besar terhadap tingginya kandungan TSS dan kerusakan lahan di sekitar sungai. Keberadaan perkebunan sawit juga memberikan dampak signifikan dengan limbah organik yang tidak terkelola dengan baik, memperburuk kualitas air di wilayah tersebut.
DLH Kalsel menyatakan bahwa peningkatan kualitas lingkungan di provinsi ini tidak hanya memerlukan intervensi teknis, tetapi juga partisipasi aktif dari masyarakat dan pelaku industri. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, serta masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan. Penanganan masalah pencemaran air sungai, misalnya, akan memerlukan pengelolaan limbah yang lebih baik, pengawasan ketat terhadap penggunaan pupuk dan pestisida, serta upaya untuk mengurangi dampak dari aktivitas pertambangan dan perkebunan.
Di sisi lain, Kalsel juga mencatatkan peningkatan signifikan pada Indeks Kualitas Udara (IKU), yang mencapai angka 96,41 pada tahun 2024. Ini merupakan kenaikan sebesar 3,56 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kualitas udara di Kalsel semakin membaik, yang berkontribusi positif terhadap kualitas lingkungan hidup secara keseluruhan. Selain itu, Indeks Kualitas Air Laut (IKAL) juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dengan nilai 84,27 pada tahun 2024, naik 4,33 poin dibandingkan tahun 2023. Hanifah mengungkapkan bahwa peningkatan IKAL ini didukung oleh penambahan tujuh titik pantau baru di perairan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru, sehingga kualitas data yang diperoleh lebih representatif dan menggambarkan kondisi kualitas air laut di Kalsel secara lebih akurat.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa nilai-nilai yang diperoleh tersebut masih bersifat sementara. KLHK memberikan kesempatan untuk mengajukan sanggah atau klarifikasi terhadap perhitungan nilai tersebut pada periode 5-10 Desember 2024. Setelah masa sanggah berakhir, KLHK akan melakukan perhitungan final untuk mendapatkan nilai resmi IKLH tahun 2024. Oleh karena itu, meskipun hasil sementara menunjukkan perbaikan, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya tetap perlu menunggu hasil perhitungan akhir sebelum dapat menyimpulkan pencapaian yang sebenarnya.
Meskipun Kalimantan Selatan telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam kualitas lingkungan hidup, tantangan besar seperti pencemaran air sungai, pengelolaan limbah yang buruk, serta dampak negatif dari aktivitas pertambangan dan perkebunan masih harus dihadapi. Pemerintah provinsi, bersama dengan sektor swasta dan masyarakat, perlu terus bekerja keras untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan agar pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai di masa depan.