Pembangunan IKN: Infrastruktur Modern dan Pengelolaan Lingkungan

(Int)

Kabarkalimantan.id –Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), bukan hanya fokus pada pembangunan infrastruktur yang modern, tetapi juga pada pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan alam yang tidak dapat diprediksi. Hal ini menegaskan bahwa pembangunan IKN tidak hanya sekedar menciptakan sebuah kota baru, tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan sebagai bagian penting dari perencanaan yang menyeluruh.

“Pembangunan IKN tidak hanya infrastruktur yang modern, tapi juga pengelolaan lingkungan yang tangguh dan adaptif terhadap tantangan alam,” ujar Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN (OIKN), Myrna Asnawati Safitri di Penajam, Selasa, (03/12). Pernyataan tersebut menunjukkan komitmen OIKN dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian alam di kawasan yang akan menjadi ibu kota baru Indonesia ini. Oleh karena itu, pembangunan IKN tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan arsitektural, tetapi juga mencakup keberlanjutan sumber daya alam dan mitigasi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan tersebut.

Myrna menjelaskan bahwa OIKN berkomitmen untuk mengelola sumber daya alam secara bijak dengan pendekatan yang integratif, yang tidak hanya memperhatikan keuntungan jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang bagi masyarakat sekitar. Salah satu aspek yang menjadi perhatian serius adalah keselamatan masyarakat, yang harus dijaga melalui perencanaan yang matang, agar tidak ada potensi bahaya yang dapat membahayakan mereka. Dengan pendekatan terintegrasi, diharapkan pembangunan ini dapat berjalan sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, yang seimbang antara aspek lingkungan dan sosial-ekonomi.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pembangunan IKN adalah masalah banjir, yang baru-baru ini melanda kawasan Kecamatan Sepaku, yang merupakan bagian dari wilayah IKN. Banjir ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten PPU beberapa hari terakhir. Desa Sukaraja dan Kelurahan Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 140 sentimeter pada pertengahan pekan lalu. Kendati banjir sudah surut, namun kondisi ini masih dianggap rawan, mengingat curah hujan yang tinggi berpotensi menyebabkan banjir susulan, terlebih dengan kondisi geografis kawasan yang memang rentan terhadap bencana alam.

Menurut Myrna, area terdampak banjir di Kecamatan Sepaku memang secara historis telah dikenal sebagai daerah yang rawan banjir, sehingga tantangan ini memerlukan perhatian lebih dalam pengelolaan sumber daya alam dan ruang. Hujan dengan intensitas tinggi yang terus-menerus turun dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan masalah besar terkait pengelolaan aliran air dan resapan tanah. Oleh karena itu, dalam konteks pembangunan IKN yang berkelanjutan, pengelolaan air dan pengendalian banjir menjadi salah satu fokus utama yang harus diperhatikan dengan serius oleh pihak berwenang.

Pembangunan infrastruktur yang modern harus disertai dengan strategi mitigasi yang memadai, agar banjir yang sering terjadi tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat. Selain itu, Myrna juga mengungkapkan pentingnya upaya serius dalam memastikan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut tidak lagi menjadi korban banjir. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah membuka kemungkinan relokasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir ke lokasi perumahan yang lebih aman, sehingga potensi ancaman terhadap keselamatan mereka dapat diminimalkan.

“Kami terus berupaya agar lokasi itu tidak lagi menjadi ancaman bagi masyarakat, baik melalui penataan ruang yang lebih baik maupun pilihan relokasi,” katanya. Langkah-langkah ini mencakup perencanaan ulang terhadap tata ruang wilayah, agar kawasan yang terdampak bencana bisa ditata sedemikian rupa untuk mengurangi risiko. Penyusunan perencanaan tata ruang yang lebih adaptif terhadap bencana alam menjadi salah satu langkah penting dalam mendukung pembangunan IKN yang tidak hanya mengutamakan kemajuan infrastruktur, tetapi juga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, OIKN juga telah menyiapkan langkah strategis lainnya dalam menghadapi kondisi darurat, seperti pemberian peringatan dini kepada masyarakat. Sistem prediksi yang telah dikembangkan oleh OIKN dapat memprediksi kenaikan air dalam hitungan jam, sehingga masyarakat bisa segera mengantisipasi dan menghindari potensi bencana. Dengan adanya sistem ini, diharapkan masyarakat bisa lebih siap dan lebih cepat dalam menghadapi situasi darurat.

“Kondisi darurat juga disiapkan logistik dan tenda pengungsian bagi masyarakat yang terpaksa harus mengungsi, untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi selama masa krisis,” lanjut Myrna. Langkah ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa meskipun terjadi bencana, kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, air bersih, dan tempat berlindung tetap terjamin. Oleh karena itu, pengelolaan bencana yang baik dan cepat sangat penting dalam rangka meminimalkan dampak dari bencana yang terjadi, dan memastikan masyarakat dapat kembali pulih dengan segera.