Minyak Tengkawang Kalbar Tembus Pasar Eropa dan Asia

Kadisporapar Kalbar perlihatkan hasil olahan produk Tengkawang menjadi mentega (ANTARA)

Kabarkalimantan.id — Mentega dan minyak Tengkawang yang dihasilkan dari hutan adat Pikul di Bengkayang, Kalimantan Barat, telah berhasil menembus pasar internasional, termasuk di Perancis, Korea Selatan, dan Belanda. Produk ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat Desa Wisata Sahan yang mengelola pengolahan tengkawang. Namun, meskipun sudah mendapat pengakuan di pasar global, produk mentega dan minyak tengkawang ini menghadapi kendala dalam proses perizinan di Indonesia, khususnya dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga membuatnya sulit untuk dipasarkan di dalam negeri.

“Namun produk ini masih terkendala perijinan BPOM sehingga sulit untuk dipasarkan di Indonesia,” kata Pengelola Koperasi Pikul Tengkawang Layar Desa Sahan, Daminus Nadu di Bengkayang, Jumat (20/12). Menurutnya, hal ini menjadi tantangan yang cukup besar, mengingat potensi besar yang dimiliki produk-produk ini, baik dari sisi kualitas maupun keberlanjutan bagi ekonomi lokal.

Daminus Nadu menjelaskan lebih lanjut bahwa mentega dan minyak yang dihasilkan dari buah Tengkawang ini memiliki berbagai manfaat kesehatan. Produk ini bebas dari kolesterol, yang menjadikannya pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan mentega atau minyak pada umumnya yang banyak beredar di pasaran. Selain itu, minyak tengkawang ini murni tanpa campuran pengawet, sehingga aman dikonsumsi dalam jangka panjang.

“Kelebihan mentega dan minyak tengkawang ini tidak mengandung kolesterol, kedua memang betul-betul minyak murni tanpa dicampur pengawet,” ujar Daminus, yang juga dikenal sebagai penjaga hutan Pikul. Keberhasilan masyarakat Desa Wisata Sahan dalam mengolah tengkawang menjadi produk yang bernilai tambah tinggi merupakan contoh nyata dari pemanfaatan hasil alam secara berkelanjutan. Dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah, mereka mampu menciptakan produk yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.

Meskipun produk ini memiliki banyak keunggulan, Daminus berharap agar pemerintah dapat lebih memfasilitasi proses perizinan yang diperlukan, khususnya izin dari BPOM agar produk mentega dan minyak tengkawang bisa dipasarkan secara luas di Indonesia. “Fokus kami masih pada pengolahan tengkawang karena menurut saya ini belum tuntas. Sertifikat halal sudah ada, namun kendala utama kami saat ini adalah proses izin dari BPOM,” ujarnya. Proses pengolahan tengkawang menjadi mentega atau minyak melalui tahapan yang cukup panjang. Pertama, biji tengkawang diambil, kemudian dijemur dan ditumbuk untuk memisahkan daging bijinya. Setelah itu, biji tengkawang akan diperas untuk mengeluarkan ekstrak minyak.

Minyak dari biji tengkawang ini memiliki ciri khas, yaitu cepat membeku pada suhu dingin, sehingga dapat langsung digunakan sebagai pengganti minyak goreng atau butter. Keunggulan lainnya adalah mentega tengkawang ini dapat digunakan dalam berbagai keperluan, mulai dari menggoreng hingga membuat kue. Bahkan, rasanya diklaim lebih gurih dibandingkan mentega pada umumnya. “Mentega dari tengkawang ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti menggoreng hingga membuat kue. Rasanya bahkan diklaim lebih gurih dari pada mentega pada umumnya,” ujar Daminus.

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kalimantan Barat, Windy Prihastari, berkomitmen untuk memperjuangkan izin edar dari BPOM untuk produk minyak dan mentega tengkawang Desa Wisata Sahan. Menurut Windy, produk ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. “Produk minyak dan mentega tengkawang Desa Wisata Sahan sangat memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Apalagi saat ini produk minyak dan mentega tengkawang sudah memiliki sertifikasi halal. Sehingga pihaknya mendorong izin edar BPOM untuk memperluas pemasaran,” katanya.

Windy menuturkan bahwa dirinya akan berusaha mendorong proses perizinan dari BPOM untuk minyak dan margarin tengkawang ini, agar produk tersebut bisa lebih mudah diterima oleh pasar Indonesia. “Sertifikat halal tadi disampaikan sudah ada dan tentunya ini bagian pengembangan industri kreatif yang ada di Kalbar,” jelasnya.

Selain itu, Windy juga sempat mengunjungi Desa Wisata Sahan beberapa waktu lalu, di mana ia tidak hanya melihat proses pengolahan margarin dan minyak dari buah tengkawang, tetapi juga mencicipi produk olahan tersebut, seperti pizza yang dibuat menggunakan mentega tengkawang. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Desa Wisata Sahan sebagai destinasi wisata dan kawasan ekonomi kreatif.

“Kita pergi ke hutan adat yang banyak sekali menghasilkan buah tengkawang, dan kita ketahui buah tengkawang ini sangat baik untuk kesehatan. Buah ini dapat diolah menjadi margarin atau minyak. Hari ini kita berkesempatan mengunjungi tempat produksinya,” ujarnya. Desa Sahan, yang terletak di kawasan perbatasan, memang memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemanfaatan hasil alam, seperti buah tengkawang, dapat menjadi motor penggerak perekonomian lokal yang berbasis pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat setempat, diharapkan produk minyak dan mentega tengkawang ini dapat semakin berkembang, tidak hanya di pasar internasional, tetapi juga di pasar domestik. Selain memberikan manfaat ekonomi, produk ini juga bisa menjadi salah satu contoh nyata pemanfaatan sumber daya alam secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.