Kabarkalimantan.id — Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (DPKP Kalsel) menyiapkan 41.829 hektare lahan untuk program optimalisasi lahan rawa yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut, dengan mengubah lahan rawa yang sebelumnya kurang dimanfaatkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Imam Subarkah, Pelaksana Harian Kepala DPKP Provinsi Kalsel, menjelaskan bahwa lahan yang disiapkan untuk program ini tersebar di delapan kabupaten, dengan fokus utama pada dua daerah, yaitu Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala (Batola). Kedua daerah tersebut memiliki area lahan yang cukup luas untuk dioptimalkan, dan menjadi bagian penting dari upaya untuk menjadikan lahan rawa sebagai sumber pangan yang berkelanjutan.
Namun, dalam pelaksanaannya, Pemprov Kalsel menghadapi beberapa kendala yang terkait dengan musim penghujan. Imam Subarkah menyebutkan bahwa musim hujan di wilayah Banua membuat sebagian besar lahan rawa terendam air. Hal ini mempengaruhi proses konstruksi, terutama dalam kegiatan normalisasi saluran air dan pembuatan pintu air yang merupakan bagian dari proyek optimalisasi lahan rawa tersebut. Kegiatan normalisasi saluran air, yang bertujuan untuk mengatur aliran air dan mencegah banjir, menghadapi tantangan besar saat air sungai naik dan menggenangi lahan. Selain itu, pembuatan pintu air juga memerlukan pengerjaan yang lebih hati-hati agar saluran tetap berfungsi dengan baik meskipun dalam kondisi air tinggi.
Imam juga menjelaskan bahwa meskipun kendala musim hujan ini menjadi tantangan tersendiri, DPKP Provinsi Kalsel berusaha memaksimalkan infrastruktur yang ada. Infrastruktur saluran air dan pompa air yang telah terpasang di beberapa area dioptimalkan untuk mendukung percepatan tanam. Hal ini dilakukan agar lahan rawa bisa digunakan dengan maksimal, meskipun terdapat kendala teknis dalam pelaksanaan normalisasi dan pembuatan pintu air. Selain itu, Pemprov Kalsel juga menargetkan untuk meningkatkan jumlah musim tanam, yang sebelumnya hanya dua kali setahun, menjadi tiga kali dalam setahun. Dengan demikian, produktivitas pertanian di wilayah Kalsel diharapkan dapat meningkat secara signifikan.
Program optimalisasi lahan rawa ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan di Kalsel, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, yang menggagas program ini, sangat mendukung potensi lahan rawa di Kalimantan Selatan untuk dikembangkan menjadi persawahan produktif. Menteri Amran pernah melakukan kunjungan ke Desa Padang, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, untuk meninjau langsung potensi lahan rawa di daerah tersebut. Amran melihat bahwa dengan pengelolaan yang tepat, lahan rawa dapat menjadi sumber pangan yang berkelanjutan bagi masyarakat, dan bahkan berpotensi untuk meningkatkan produksi beras nasional.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Amran menyampaikan bahwa Provinsi Kalsel bersama dengan beberapa provinsi lain seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan diharapkan dapat menjadi penopang utama pangan nasional. Dengan pemanfaatan optimal dari lahan rawa yang ada, potensi hasil yang dapat diperoleh sangat besar. Amran mengungkapkan bahwa jika potensi lahan rawa di Kalsel yang mencapai 200 ribu hektare dapat dikelola dengan baik, maka provinsi ini berpotensi menghasilkan sekitar 1 juta ton beras setiap tahunnya. Angka tersebut tentunya akan sangat membantu dalam menciptakan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat dan pemprov setempat, program ini diharapkan dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Kalsel. Optimalkan penggunaan lahan rawa yang sebelumnya tidak produktif menjadi area pertanian yang menghasilkan beras dan komoditas pangan lainnya akan menjadi salah satu langkah penting dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. DPKP Provinsi Kalsel juga berkomitmen untuk terus mengupayakan keberlanjutan program ini, meskipun menghadapi tantangan alam seperti musim penghujan yang dapat menghambat beberapa aspek teknis dalam pelaksanaan proyek optimalisasi.