Kabarkalimantan.id — Kampus Institut Agama Islam Sambas (IAIS), Kalimantan Barat (Kalbar), tengah berupaya melestarikan permainan tradisional masyarakat Sambas yang kini mulai dilupakan. Upaya ini diwujudkan melalui kegiatan praktek tugas mahasiswa di Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) SD/MI IAIS Sambas, Bayu, menjelaskan bahwa tugas tersebut bertujuan mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda yang kini lebih akrab dengan teknologi dan permainan digital. “Seiring perkembangan zaman saat ini, permainan tradisional sudah tampak dilupakan oleh anak-anak sekarang, sehingga perlu dikenalkan kembali. Melalui tugas ini, mahasiswa dapat berkontribusi secara nyata,” ujarnya saat dihubungi di Sambas, Minggu.
Bayu menekankan pentingnya tugas Ujian Tengah Semester (UTS) ini untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap permainan tradisional. Mahasiswa diminta membuat video promosi permainan tradisional, yang diharapkan dapat mengedukasi masyarakat umum, khususnya anak-anak muda, tentang manfaat permainan tradisional. “Video yang mereka buat secara tidak langsung akan mengedukasi masyarakat umum, khususnya anak-anak muda sekarang, untuk lebih memperhatikan dan melestarikan permainan tradisional karena manfaat yang didapat dalam permainan tradisional itu banyak sekali,” tambahnya.
Dalam kegiatan ini, delapan permainan tradisional dikenalkan kepada masyarakat, yakni lompat karet, lari balok, gobak sodor, batu lima, engklek, domikado, lempar sendal, dan kucing-kucingan dengan bola. Permainan ini dipilih karena mudah dimainkan dan memiliki nilai edukasi, sosial, serta fisik yang positif.
Cici Andini, salah satu mahasiswa Program Studi PGMI semester V, menyambut baik tugas ini. “Tugas ini sangat menyenangkan, karena kami tentunya jadi nostalgia dengan permainan kami saat kecil, di mana kami tidak memikirkan permasalahan selain sekolah,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa permainan tradisional ini layak dilestarikan karena memberikan banyak manfaat, seperti meningkatkan kreativitas, mempererat hubungan sosial, dan melatih fisik.
“Seperti yang sudah ditayangkan pada video, permainan tradisional ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga banyak manfaatnya. Tentunya peran orang tua sangat penting untuk mendukung anak agar tidak fokus ke telepon seluler terus-menerus,” jelas Cici. Ia berharap masyarakat, khususnya anak-anak, kembali tertarik bermain permainan tradisional dan tidak sepenuhnya terfokus pada gawai.
Senada dengan Cici, mahasiswa lainnya, Melvian Adha, juga menyampaikan bahwa tugas ini berhasil membangkitkan kembali kenangan indah masa kecilnya. “Tugas ini dan kemudian membuat video permainan tradisional sangat menyenangkan, karena kami dapat sedikit kembali ke permainan masa kecil yang mungkin jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali teman-teman mainkan lagi,” ujarnya. Ia berharap agar semua pihak, mulai dari orang tua hingga pemerintah, turut berperan aktif dalam melestarikan permainan tradisional ini.
Permainan tradisional memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki permainan modern. Selain mudah diakses tanpa membutuhkan peralatan canggih, permainan ini juga dapat mengembangkan nilai-nilai budaya lokal, solidaritas, dan kerjasama antarindividu. Contohnya, gobak sodor melatih strategi dan koordinasi tim, sementara lompat karet meningkatkan ketangkasan fisik. Engklek mengajarkan keseimbangan dan konsentrasi, sedangkan permainan seperti domikado menumbuhkan semangat kebersamaan.
Namun, di era digitalisasi yang semakin pesat, permainan tradisional mulai kehilangan daya tariknya. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain gawai atau game online, yang sering kali membuat mereka kurang bergerak secara fisik dan berinteraksi sosial. Situasi ini menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak, termasuk dunia pendidikan, yang melihat pentingnya memperkenalkan kembali permainan tradisional sebagai salah satu cara menjaga kesehatan fisik dan mental generasi muda.
Melalui tugas video yang diberikan kepada mahasiswa, IAIS Sambas berupaya mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam proses pendidikan. Dengan video tersebut, mahasiswa tidak hanya belajar mengenai permainan tradisional tetapi juga memiliki kesempatan untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.
Selain itu, kegiatan seperti ini juga menjadi cara efektif untuk menyelaraskan pendidikan formal dengan kehidupan nyata. Para mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung tentang pentingnya melestarikan budaya lokal, sekaligus belajar cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui media digital. Hasil video yang mereka produksi diharapkan menjadi inspirasi bagi komunitas lokal untuk kembali memainkan permainan tradisional, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.
Dukungan dari berbagai pihak, seperti orang tua, guru, dan pemerintah daerah, sangat dibutuhkan untuk memastikan upaya ini berjalan dengan baik. Orang tua dapat memainkan peran kunci dengan mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak mereka sejak dini. Guru dan institusi pendidikan, seperti IAIS Sambas, dapat terus menyisipkan nilai-nilai budaya lokal dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, pemerintah daerah dapat mendukung melalui penyelenggaraan festival budaya atau perlombaan permainan tradisional.
Melalui kolaborasi ini, permainan tradisional tidak hanya akan tetap hidup tetapi juga menjadi alternatif hiburan yang sehat dan mendidik bagi anak-anak di era modern. Kegiatan yang digagas oleh IAIS Sambas ini menjadi bukti nyata bahwa melestarikan budaya lokal tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit. Dengan sedikit kreativitas dan usaha, warisan budaya seperti permainan tradisional dapat kembali menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat modern.