Kabarkalimantan.id — Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalimantan Barat, Heronimus Hero, menegaskan pentingnya menjaga kualitas produksi karet di tengah stabilnya harga di pasar internasional. Menurutnya, harga karet kering dengan kadar 100 persen kini mencapai Rp30.000 per kilogram, meningkat dari harga sebelumnya yang lebih rendah. Sementara itu, untuk karet dengan kadar kering 50 persen yang umumnya dihasilkan petani, harganya berada di sekitar separuh dari harga kadar kering 100 persen.
“Harga memang fluktuatif, untuk kadar kering 100 persen di pasar internasional sudah mencapai Rp30.000 per kilogram dari sebelumnya yang di bawah itu. Untuk di tingkat petani yang keringnya 50 persen, harganya separuh dari kering 100 persen,” ujar Heronimus Hero saat memberikan keterangan di Pontianak, Minggu.
Ia menambahkan bahwa tren kenaikan harga karet ini merupakan kabar baik bagi para petani dan pelaku usaha karet. Perkembangan ini menunjukkan bahwa sektor karet sedang berada dalam kondisi yang menguntungkan, terutama bagi daerah seperti Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu produsen karet utama di Indonesia. “Kenaikan harga karet ini menunjukkan bahwa komoditas atau sektor karet saat ini menunjukkan perkembangan yang positif di pasar,” jelasnya.
Namun demikian, untuk menjaga stabilitas harga karet di pasar, Heronimus mengimbau agar para petani dan pemilik perkebunan karet tetap menjaga kualitas produksinya. Salah satu cara utamanya adalah dengan tidak mencampur karet dengan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan kualitasnya. Hal ini menjadi krusial karena kualitas karet akan memengaruhi nilai jualnya, baik di pasar domestik maupun internasional.
“Pekebun-pekebun karet ini harus menjaga kualitas tetap terjaga. Menjaga kualitas kan gampang, tidak dicampur apa-apa saja. Kemudian menjualnya ke penampung resmi kalau memang tidak bisa langsung ke pabrik,” tegas Heronimus.
Ia juga menyoroti pentingnya ketelusuran dalam produksi karet. Ketelusuran ini mencakup kejelasan data mengenai asal-usul lahan penghasil karet, serta memastikan bahwa lahan tersebut tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Heronimus menekankan bahwa pasar internasional, khususnya Uni Eropa, memiliki standar ketat terkait aspek keberlanjutan lingkungan, sehingga para petani harus mematuhi aturan ini untuk menjaga daya saing produk mereka.
“Dari sisi kualitas, tidak lepas juga dari ketelusurannya. Artinya, harga karet akan lebih terjamin jika sumbernya berasal dari lahan yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan atau kerusakan hutan, serta terdata dengan jelas,” papar Heronimus.
Sebagai bentuk dukungan kepada petani, pemerintah melalui Disbunnak telah menjalankan program pendampingan. Program ini bertujuan untuk membantu petani menjaga kualitas karet serta memenuhi standar internasional. Pendampingan tersebut telah dilakukan di beberapa wilayah di Kalimantan Barat, seperti Kapuas Hulu dan Sanggau. Dalam program ini, petani diajarkan untuk memahami pentingnya keberlanjutan lingkungan serta cara memastikan ketelusuran produk karet mereka.
“Di Kalbar beberapa daerah sudah mendapatkan pendampingan seperti di Kapuas Hulu. Kemudian di Sanggau juga telah dilakukan pendampingan dengan komitmen menjaga agar komoditas karet mereka memiliki ketelusuran yang jelas serta memenuhi aturan-aturan Uni Eropa,” jelasnya.
Untuk membantu petani menjual hasil produksi mereka, Heronimus merekomendasikan agar petani memanfaatkan Unit Pengolahan Pengumpulan Bahan Bakar (UP2B) yang sudah bekerja sama dengan pabrik-pabrik besar. Melalui UP2B, harga karet yang diterima petani lebih terjamin dan sesuai dengan standar yang berlaku di pasar.
“Penampung di tingkat kecamatan, tingkat desa, itu ada namanya UP2B. Di situ, pasti harganya akan lebih terjamin karena UP2B ini biasanya langsung berkontrak dengan pabrik,” katanya.
Namun, Heronimus juga menyampaikan keprihatinannya terkait penurunan luas lahan perkebunan karet di Kalimantan Barat. Saat ini, luas lahan karet di provinsi tersebut turun dari 700 ribu hektare menjadi hanya 500 ribu hektare. Penurunan ini dianggap sebagai tantangan yang perlu segera diatasi untuk memastikan keberlanjutan sektor karet di masa mendatang.
“Lahan karet kita memang diakui mengalami penurunan. Penurunan luas lahan karet ini merupakan indikasi yang perlu ditangani agar tidak kembali menyusut sebab karet merupakan sumber daya alam yang menjadi unggulan Kalbar yang harus terus dikembangkan,” ucapnya.
Penurunan luas lahan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk alih fungsi lahan, penurunan produktivitas, dan kurangnya regenerasi petani karet. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, petani, dan pelaku usaha untuk mengatasi tantangan ini, termasuk melalui intensifikasi lahan karet yang ada serta program replantasi karet dengan bibit unggul.
Dengan kondisi harga karet yang sedang stabil dan menguntungkan, Heronimus berharap para petani dapat memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil karet mereka. Dukungan dari berbagai pihak juga diharapkan mampu menjadikan karet sebagai salah satu komoditas unggulan yang tetap berdaya saing di pasar global.