Kabarkalimantan.id — Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan tiga kali erupsi pada Kamis, (14/11). Erupsi pertama terjadi pada pukul 05.28 WIT, diikuti oleh letusan kedua pada pukul 09.56 WIT, dan puncaknya terjadi pada pukul 10.27 WIT. Erupsi terakhir ini tercatat sebagai yang terbesar di hari tersebut, dengan kolom abu vulkanik setinggi 600 meter di atas puncak atau sekitar 1.925 meter di atas permukaan laut.
Erupsi ini terpantau oleh Petugas Pos Pengamatan Gunung Api, Axl Roeroe, yang menyebutkan bahwa kolom abu vulkanik berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal dan bergerak ke arah barat daya. Letusan ini juga terekam oleh seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi gempa erupsi selama 56 detik. Aktivitas vulkanik yang meningkat ini menimbulkan perhatian besar bagi masyarakat di sekitar gunung, terutama mereka yang bermukim di kawasan rawan bencana.
Gunung Ibu, yang merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, telah berulang kali menunjukkan peningkatan aktivitas dalam beberapa bulan terakhir. Aktivitas ini dinilai cukup berpotensi menimbulkan dampak lebih besar, terutama jika kolom abu vulkanik terus naik dan menyebar ke wilayah pemukiman. Selain dapat mengganggu kesehatan warga yang terpapar abu vulkanik, dampak letusan gunung berapi seperti Gunung Ibu juga bisa mempengaruhi kualitas udara, menyebabkan kerusakan pertanian, dan menimbulkan gangguan penerbangan, terutama jika abu tersebar lebih luas.
Axl Roeroe dari Pos Pengamatan Gunung Ibu menyampaikan imbauan kepada masyarakat agar mematuhi larangan beraktivitas di radius tertentu dari puncak gunung. Masyarakat di sekitar Gunung Ibu diimbau untuk menghindari aktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak, serta dalam radius perluasan sektoral sejauh 7 kilometer ke arah utara dari kawah aktif. Imbauan ini penting untuk memastikan keselamatan warga mengingat adanya potensi bahaya erupsi yang lebih besar, terutama di sekitar bukaan kawah yang lebih aktif.
Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan rawan erupsi juga diminta untuk waspada terhadap kemungkinan hujan abu vulkanik, yang dapat terjadi seiring dengan penyebaran abu dari letusan tersebut. Jika hujan abu terjadi, warga disarankan menggunakan masker untuk melindungi hidung dan mulut serta kacamata untuk mengurangi paparan langsung terhadap abu. Langkah-langkah perlindungan ini diperlukan mengingat paparan abu vulkanik dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti iritasi mata, gangguan pernapasan, dan masalah kulit jika kontak langsung terjadi dalam jangka waktu lama.
Dampak erupsi Gunung Ibu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar gunung, tetapi juga berpotensi memengaruhi sektor pariwisata di Halmahera Barat. Kawasan ini kerap dikunjungi wisatawan, termasuk pendaki dan penikmat alam, yang tertarik dengan keindahan alam sekitar Gunung Ibu. Namun, dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik, wisatawan diminta untuk menunda kunjungan mereka ke area sekitar gunung hingga situasi dinyatakan aman oleh pihak berwenang. Pemerintah daerah diharapkan turut mengawasi dan melakukan langkah mitigasi untuk melindungi masyarakat lokal dan wisatawan dari risiko yang mungkin timbul akibat aktivitas vulkanik Gunung Ibu.
Erupsi gunung berapi di Indonesia, seperti Gunung Ibu, merupakan fenomena alam yang umum terjadi mengingat wilayah Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik, zona yang dikenal memiliki aktivitas seismik dan vulkanik tinggi. Gunung-gunung berapi yang aktif di kawasan ini, termasuk Gunung Ibu, kerap mengalami letusan dan erupsi kecil hingga besar yang berpotensi mengancam keselamatan masyarakat di sekitar.
Selain imbauan dari pihak berwenang, upaya mitigasi lain yang dapat dilakukan oleh warga di sekitar Gunung Ibu mencakup persiapan terhadap situasi darurat seperti evakuasi, penyediaan masker, dan penyiapan tempat-tempat pengungsian. Pemerintah daerah diharapkan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai langkah-langkah darurat yang harus diambil jika aktivitas gunung berapi semakin meningkat.
Sebagai antisipasi, masyarakat juga diimbau untuk memantau informasi terbaru dari pos pengamatan gunung api dan instansi pemerintah terkait guna mendapatkan informasi terkini mengenai aktivitas Gunung Ibu. Informasi yang akurat dan tepat waktu dari pihak berwenang akan membantu warga untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna melindungi diri dan keluarga.
Peningkatan aktivitas Gunung Ibu ini menjadi pengingat bagi masyarakat sekitar akan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh gunung berapi aktif. Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana juga diharapkan terus meningkatkan kesiapsiagaan dan memahami langkah-langkah mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dampak negatif yang mungkin terjadi.