Kabarkalimantan.id — Kenaikan harga komoditas pangan saat Ramadan merupakan fenomena tahunan yang tidak dapat dihindari. Lonjakan harga ini tidak hanya berdampak pada konsumen, tetapi juga pada para pedagang yang mengalami penurunan omzet akibat daya beli masyarakat yang menurun.
Adhiya Riswandha, Dosen Institut Bisnis dan Teknologi Kalimantan, mengungkapkan bahwa di Banjarmasin dan sekitarnya, harga beberapa komoditas pangan telah mengalami kenaikan signifikan. Harga cabai, misalnya, telah mencapai Rp120 ribu per kilogram, sementara bawang merah yang sebelumnya berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per kilogram, kini melonjak menjadi Rp35 ribu hingga Rp45 ribu per kilogram.
“Tentunya lonjakan harga ini berdampak signifikan pada masyarakat. Ditambah lagi, kebijakan efisiensi pemerintah sedikit banyak juga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang bisa menurun,” ujarnya, Senin (3/3).
Namun, Adhiya menekankan bahwa dampak kenaikan harga ini tidak hanya dirasakan oleh konsumen, tetapi juga oleh pedagang. Para penjual mengalami penurunan omzet karena daya beli masyarakat melemah. Selain itu, mereka harus menghadapi tantangan menjual stok barang yang mereka peroleh dengan harga tinggi, sementara harga di pasar bisa kembali stabil di pertengahan Ramadan.
Adhiya menjelaskan bahwa salah satu faktor utama kenaikan harga komoditas pangan adalah meningkatnya permintaan yang signifikan selama Ramadan. Pola konsumsi masyarakat yang lebih tinggi dibanding bulan-bulan biasa menyebabkan perputaran barang di pasar meningkat drastis.
“Konsumsi masyarakat meningkat saat Ramadan, terutama untuk kebutuhan berbuka puasa. Hal ini mendorong munculnya lebih banyak pedagang musiman yang menjual aneka ragam kuliner. Kemunculan pedagang baru tentu meningkatkan perputaran komoditas pangan di pasar,” jelasnya.
Selain permintaan yang tinggi, ketersediaan bahan pokok juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi harga barang di pasar. Ketika pasokan tidak mampu memenuhi permintaan, harga pun melonjak. Dalam kasus cabai, misalnya, banyak petani mengalami gagal panen atau hasil panen yang tidak optimal akibat cuaca buruk seperti hujan lebat dan angin kencang.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap kenaikan harga adalah praktik penimbunan dan spekulasi harga oleh oknum tertentu. Adhiya menyebutkan bahwa beberapa pedagang atau distributor dapat dengan sengaja menahan stok barang untuk menciptakan persepsi kelangkaan di pasar. Akibatnya, masyarakat menjadi panik dan permintaan semakin meningkat, yang pada akhirnya memicu kenaikan harga secara drastis.
Sebagai upaya menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, Adhiya menekankan pentingnya peran pemerintah dalam melakukan pengawasan pasar. Ia menyarankan agar pemerintah aktif turun ke lapangan untuk memantau harga dan memastikan tidak ada praktik kecurangan seperti penimbunan barang.
Selain pengawasan langsung, pemerintah juga dapat mengadakan program pasar murah sebagai langkah mitigasi untuk membantu masyarakat memperoleh bahan pangan dengan harga lebih terjangkau.
“Inflasi atau kenaikan harga memang tidak dapat dihindari, mengingat pola konsumsi masyarakat yang meningkat selama Ramadan. Namun, upaya pemerintah seperti pasar murah dan pengawasan ketat diharapkan dapat meminimalisir lonjakan harga yang tidak terkendali,” pungkas Adhiya.
Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi harga barang di pasar, masyarakat diharapkan dapat lebih bijak dalam berbelanja dan mengelola pengeluaran selama Ramadan guna menghindari dampak besar dari kenaikan harga yang terus berulang setiap tahunnya.