Kabarkalimantan.id — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Singkawang, Kalimantan Barat, telah mulai melakukan langkah-langkah mitigasi untuk pencegahan bencana di wilayah tersebut. Langkah ini dianggap penting mengingat tingginya tingkat kerawanan Singkawang terhadap berbagai jenis bencana alam, seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta bencana lainnya yang sering kali mengancam kehidupan masyarakat setempat.
“Mitigasi pencegahan bencana ini melibatkan 90 relawan yang ada di Kota Singkawang,” kata Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Singkawang, Aulia Candra, di Singkawang, Sabtu (30/11). Para relawan yang telah dilibatkan ini mendapatkan pelatihan khusus, terutama terkait mitigasi banjir, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk merespons dengan cepat dan tepat jika terjadi bencana.
Menurut Aulia, peran para relawan sangatlah penting dalam mendukung upaya penanganan bencana yang dilakukan oleh BPBD dan Pemerintah Kota Singkawang. “Peran para relawan ini sangat penting dalam ikut serta penanganan bencana, selain BPBD dan Pemkot Singkawang,” ujarnya. Mengingat keterbatasan sumber daya pemerintah dalam menghadapi skala bencana yang luas, keberadaan relawan ini menjadi tambahan kekuatan yang sangat diperlukan.
Aulia juga menekankan bahwa Singkawang merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, terutama banjir dan karhutla. “Apalagi Singkawang ini rawan banjir dan karhutla,” katanya. Oleh karena itu, kesiapan relawan dan koordinasi yang baik antara berbagai pihak menjadi kunci penting untuk mengurangi dampak buruk dari bencana yang mungkin terjadi.
Ia berharap para relawan yang telah dilatih dan dibekali dengan pengetahuan mitigasi ini selalu siaga dan tanggap dalam memberikan bantuan penyelamatan jika terjadi bencana. Harapan ini tidak hanya terbatas pada kesiagaan fisik, tetapi juga mencakup kemampuan mereka dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan bencana.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Singkawang, Edi Prawoko, menjelaskan bahwa potensi bencana di Singkawang tidak hanya terbatas pada banjir dan karhutla. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Singkawang juga rawan terhadap bencana angin puting beliung, cuaca ekstrem, gelombang pasang, banjir rob, dan tanah longsor. “Itu berdasarkan Indeks Risiko Bencana yang dikeluarkan oleh BNPB,” kata Edi.
Edi menambahkan bahwa para relawan yang direkrut berasal dari perwakilan di setiap kelurahan yang ada di Singkawang. Hal ini dilakukan untuk memastikan distribusi sumber daya manusia yang merata dalam upaya penanggulangan bencana di seluruh wilayah kota. “Relawan bencana yang direkrut ini merupakan perwakilan dari masing-masing kelurahan,” katanya.
Menurutnya, langkah ini tidak hanya sebagai bentuk regenerasi tetapi juga sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang kebencanaan. Dengan demikian, upaya penanganan bencana di masa depan akan semakin kuat. “Inilah bentuk regenerasi dan upaya meningkatkan SDM terkait kebencanaan, agar upaya kita memperkuat kapasitas penanganan bencana juga semakin baik di masa depan,” ujarnya.
Keberadaan relawan yang telah dilatih ini diharapkan mampu memberikan respons cepat terhadap situasi darurat. Selain itu, mereka juga dapat menjadi agen perubahan di masyarakat dengan memberikan edukasi terkait kesiapsiagaan bencana. Dengan pelatihan yang mereka terima, para relawan diharapkan mampu mengenali potensi bahaya, menyusun rencana evakuasi, dan memberikan pertolongan pertama kepada korban bencana.
Selain meningkatkan kapasitas relawan, BPBD Singkawang juga mengimbau masyarakat untuk lebih sadar terhadap risiko bencana di daerahnya. Langkah ini meliputi sosialisasi secara berkala mengenai pentingnya mitigasi bencana, baik melalui media massa maupun kegiatan langsung di lapangan. Edi menekankan bahwa keberhasilan mitigasi bencana tidak hanya bergantung pada pemerintah dan relawan, tetapi juga pada kesadaran kolektif masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Singkawang telah mengalami berbagai bencana yang menyebabkan kerugian besar, baik material maupun nonmaterial. Banjir menjadi salah satu bencana yang paling sering terjadi, terutama saat musim hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu, karhutla yang sering melanda Kalimantan juga menjadi ancaman serius, mengingat dampaknya yang luas terhadap kesehatan dan lingkungan.
BPBD Singkawang menyadari bahwa langkah mitigasi harus menjadi prioritas utama untuk mengurangi risiko kerugian akibat bencana. Dengan adanya 90 relawan yang telah dibekali pelatihan, diharapkan mereka mampu menjadi ujung tombak dalam berbagai upaya penanggulangan bencana. Selain itu, dukungan dari pemerintah daerah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat umum juga sangat penting untuk menciptakan sistem penanggulangan bencana yang terintegrasi dan efektif.
Melalui pelatihan, sosialisasi, dan kolaborasi yang baik, BPBD Singkawang optimistis bahwa langkah mitigasi yang dilakukan saat ini dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Relawan tidak hanya berfungsi sebagai tenaga tanggap darurat, tetapi juga sebagai pendorong perubahan perilaku masyarakat menuju kesiapsiagaan bencana yang lebih baik. Dengan demikian, diharapkan tingkat kerawanan terhadap bencana di Singkawang dapat diminimalkan secara signifikan.