Kabarkalimantan.id — Banjir kembali melanda kawasan Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), pada Senin, (13/01) pagi. Peristiwa ini menjadi catatan terbaru dari rangkaian bencana yang kerap menghampiri wilayah tersebut, terutama saat hujan deras mengguyur dalam waktu lama. Kejadian ini memperlihatkan bagaimana kondisi cuaca ekstrem dan masalah infrastruktur dapat memperburuk dampak bencana di wilayah-wilayah yang rentan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU, Sukadi Kuncoro, mengungkapkan bahwa banjir kali ini terjadi di RT 1 dan RT 2 Kelurahan Sepaku. Laporan pertama mengenai kejadian ini diterima oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) sekitar pukul 06.28 Wita. “Ada dua RT yang terendam banjir, itu laporannya masuk sekitar pukul 06.28 Wita,” jelas Kuncoro dalam keterangan resmi yang diterimanya. Banjir ini terjadi setelah hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut dimulai pada pukul 20.00 Wita malam sebelumnya dan baru berhenti sekitar pukul 06.00 Wita pagi harinya.
Akibat dari hujan yang deras tersebut, air sungai dan saluran drainase meluap, menyebabkan tingginya muka air di kawasan permukiman. “Terutama di rumah warga yang berada di area rendah dan sekitar bantaran sungai,” tambah Kuncoro. Dampaknya sangat terasa di wilayah permukiman yang sebagian besar berada di dataran rendah, sehingga saat air sungai meluap, banyak rumah yang terendam. Ketinggian air di halaman rumah warga dilaporkan mencapai sekitar 50 centimeter (cm), sementara di bagian dalam rumah, air merendam hingga setinggi 10 cm.
Berdasarkan data yang diterima, total sebanyak 28 rumah terdampak, terdiri dari 17 rumah di RT 1 dan 11 rumah di RT 2. Jumlah warga yang terdampak mencapai 153 jiwa. Meski demikian, Kuncoro memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. “Kondisinya juga air masuk hingga ke dalam rumah,” ujarnya. Kejadian banjir ini tentu saja menambah deretan peristiwa bencana yang sebelumnya juga telah beberapa kali melanda kawasan tersebut. Warga yang terdampak harus menghadapi kerugian materiil akibat banjir yang merendam rumah mereka.
Menanggapi peristiwa ini, BPBD PPU segera melakukan tindakan cepat untuk membantu warga yang terdampak. Tim penanganan darurat telah langsung turun ke lokasi untuk melakukan pendataan dan identifikasi di wilayah terdampak. Selain itu, bantuan kebutuhan pokok juga telah disalurkan kepada para korban yang membutuhkan. “Tim sudah melakukan pendataan dan identifikasi di wilayah terdampak,” kata Kuncoro. Langkah ini merupakan bagian dari upaya BPBD untuk memastikan kebutuhan dasar para korban dapat terpenuhi selama masa penanganan darurat.
Hingga berita ini diturunkan, air dilaporkan mulai berangsur surut, memberikan sedikit kelegaan bagi warga yang terdampak. Namun, meskipun situasi membaik, dampak dari bencana ini masih sangat terasa, terutama bagi mereka yang rumahnya terendam dan harus membersihkan sisa-sisa banjir. Pemerintah daerah dan BPBD PPU tetap berkoordinasi untuk memastikan kondisi pasca-banjir dapat segera tertangani dengan baik.
Kelurahan Sepaku diketahui memang sering dilanda banjir, terutama ketika hujan deras berlangsung dalam durasi yang lama. Selain intensitas hujan yang tinggi, luapan air sungai dan sistem drainase yang tidak mampu menampung volume air menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Drainase yang tidak optimal menyebabkan air tidak bisa mengalir dengan lancar, mengakibatkan tumpukan air yang akhirnya merendam permukiman warga.
Kondisi geografis Kelurahan Sepaku yang sebagian besar berada di dataran rendah dan dekat dengan bantaran sungai turut memperparah situasi ini. Tanah yang rendah dan posisi yang dekat dengan aliran sungai menjadi faktor penyebab utama banjir. Wilayah-wilayah seperti ini memang rawan terkena dampak banjir ketika curah hujan tinggi, terutama jika sistem drainase dan pengelolaan sungai belum optimal.
Pemerintah daerah telah mengidentifikasi beberapa langkah penting untuk mengurangi risiko banjir yang kerap terjadi di wilayah tersebut. Salah satu langkah yang diprioritaskan adalah perbaikan sistem drainase yang lebih baik, untuk memastikan aliran air bisa berjalan dengan lancar tanpa menyebabkan genangan di permukiman. Selain itu, pembangunan tanggul penahan air di sekitar bantaran sungai juga menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah meluapnya air sungai yang dapat menggenangi pemukiman warga. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan risiko banjir dapat diminimalisir, sehingga masyarakat tidak lagi harus menghadapi dampak yang merugikan setiap kali hujan deras mengguyur kawasan Sepaku.
Tentu saja, upaya ini memerlukan kerjasama antara pemerintah daerah, BPBD, dan masyarakat untuk memastikan bahwa perbaikan infrastruktur dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan saluran drainase dan sungai juga menjadi faktor penting dalam mengurangi risiko banjir di masa depan.