Kabarkalimantan.id — Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), dilanda banjir. Musibah ini melumpuhkan sejumlah aktivitas. Tak terkecuali proses ajar mengajar. Demikian yang dialami SDN Pekauman 1. Berlokasi di Jalan Martapura Lama, Desa Pekauman, Kecamatan Martapura Timur, sekolah ini terdampak parah akibat banjir yang melanda kawasan tersebut.
Saat didatangi jurnalis Poros Kalimantan, Jumat (17/01) siang, sekolah itu tampak sepi. Hanya terlihat Yudi, penjaga sekolah. Ia bilang, aktivitas sekolah sementara disetop. Para siswa diminta belajar dari rumah untuk menjaga keselamatan mereka. Banjir yang melanda memang cukup parah, dan pihak sekolah mengambil langkah cepat untuk menghindari risiko yang lebih besar.
“Beberapa kelas terendam banjir. Jadi murid-murid diberi tugas dan pekerjaan rumah agar tetap bisa belajar,” ungkapnya. Dengan kondisi seperti ini, pembelajaran tatap muka tidak mungkin dilakukan, dan untuk memastikan pendidikan tetap berjalan, para guru memberikan tugas yang dapat dikerjakan siswa di rumah. Namun, meskipun demikian, sistem pendidikan harus tetap berjalan demi memastikan anak-anak tetap memperoleh pelajaran walaupun dalam situasi yang tidak ideal.
Yudi juga menyebutkan bahwa tinggi air sebelumnya tidak terlalu dalam. Tetapi hari ini, genangan air mencapai sekitar 10 cm. Banjir yang terjadi memang lebih parah dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. “Setinggi lutut orang dewasa,” ujarnya. Genangan air yang semakin tinggi ini mengganggu aktivitas warga dan memaksa banyak orang untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir yang lebih besar lagi.
Menariknya, kawasan sekitar sekolah itu dijadikan wahana bermain anak-anak. Mereka berenang di tengah air banjir yang melanda. Beberapa warga bahkan memanfaatkan air banjir untuk mandi dan menyikat gigi, yang menunjukkan betapa warganya sudah terbiasa dengan kondisi tersebut meskipun tetap mengkhawatirkan. Fenomena ini mengingatkan kita pada bagaimana masyarakat lokal sering kali harus beradaptasi dengan kondisi alam yang tidak menentu, meskipun terkadang menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan.
Di sisi lain, sejumlah warga terlihat mencuci sepeda motor dengan air banjir. Praktik ini mungkin dianggap sebagai cara untuk membersihkan kendaraan, namun juga memperlihatkan ketidakterdugaannya dari segi kebersihan. Meski begitu, air banjir yang datang membawa banyak kotoran dan polutan, yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan jika terpapar terlalu lama.
Musala setempat jadi tempat parkir alternatif karena bebas dari genangan air. Banyak kendaraan bermotor yang diparkir di halaman musala, memanfaatkan tempat yang lebih aman dari risiko terendam banjir. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat berusaha mencari solusi praktis untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi, meskipun kondisi darurat ini cukup mengganggu aktivitas sehari-hari mereka.
Banjir yang melanda Kabupaten Banjar ini tentu menjadi perhatian besar bagi warga dan pemerintah setempat. Dampak banjir tidak hanya menghentikan kegiatan di sekolah-sekolah, tetapi juga mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat. Warga harus mencari cara untuk bertahan dalam situasi yang tidak menentu, seperti yang terlihat dengan penggunaan musala sebagai tempat parkir alternatif dan pemanfaatan air banjir untuk aktivitas sehari-hari.
Pemerintah setempat diharapkan segera memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak banjir. Selain itu, langkah-langkah untuk mengurangi risiko banjir di masa depan juga sangat diperlukan. Sebagai wilayah yang rentan terhadap bencana alam, Kabupaten Banjar memerlukan perencanaan infrastruktur yang lebih baik, termasuk sistem drainase yang lebih efektif dan kebijakan yang dapat meminimalkan dampak banjir.
Kondisi seperti ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran terhadap perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kabupaten Banjar bukan satu-satunya daerah yang mengalami banjir, karena fenomena serupa juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perhatian terhadap pengelolaan lingkungan dan upaya mitigasi bencana perlu menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan di masa mendatang. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mencari solusi yang berkelanjutan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir yang semakin sering terjadi.
Ke depannya, diharapkan ada upaya lebih serius dalam mengatasi masalah banjir ini, baik melalui peningkatan sistem peringatan dini, penataan kawasan rawan banjir, maupun perbaikan infrastruktur yang dapat mengurangi dampak buruk dari bencana tersebut.