Pertamina Hulu Kaltim Dorong Kemandirian Pangan di Penajam

Program CSR Semur Cendawan yang diinisiasi PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). (Dok. PHKT).

KabarKalimantan.id — PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur, Daerah Operasi Bagian Selatan (PHKT-DOBS) Regional Kalimantan memiliki komitmen kuat dalam mendorong kemandirian pangan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Komitmen ini diwujudkan melalui program CSR Semur Cendawan (Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan). Melalui program tersebut, anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) ini mengembangkan kapasitas kelompok tani dalam budidaya jamur.

Program yang dirintis sejak tahun 2022 ini sekaligus mendukung pelestarian lingkungan melalui pengurangan limbah serbuk kayu dan emisi karbon.

Untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program, Manager Communication Relations & CID PHI Dony Indrawan melakukan kunjungan langsung ke lokasi Program Semur Cendawan di Kelurahan Waru pada Kamis (25/7).

Kunjungan ini sekaligus merupakan bagian dari kegiatan monitoring and evaluation (monev) secara berkala.

“Kami ingin memastikan bahwa implementasi program CSR atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), seperti program Semur Cendawan, telah sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditetapkan sehingga keberhasilan dan dampak program akan dapat dirasakan dan terukur,” jelas Dony.

Dony menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan program semur cendawan dalam meraih penghargaan Platinum Elite pada Nusantara CSR Awards 2024 untuk kategori Mengakhiri Kelaparan melalui program CSR, serta meraih the SME CSR awards (anugerah UMKM TJSL) Asia 2024.

Di tahun 2023, program ini pun mengantarkan PHKT-DOBS untuk meraih penghargaan Emas pada Anugerah Lingkungan PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Menurutnya, PHI dan anak-anak perusahaan serta afiliasinya terus mengembangkan berbagai program CSR di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan untuk mendukung pengembangan dan kemandirian masyarakat.

“Di Program Semur Cendawan ini, kami berharap para petani jamur di Kelurahan Waru dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, sehingga mereka akan menjadi masyarakat yang mandiri dan sejahtera,” tutur Dony.

Terpisah dengan GM Zona 10 Subholding Upstream Pertamina, Yoseph Agung Prihartono, menjelaskan, potensi budidaya jamur melalui Program Semur Cendawan dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan dan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraan.

Menurut Yoseph, kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, termasuk Dinas Ketahanan Pangan, SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi, dan penerima manfaat, akan mampu menciptakan manfaat dan nilai yang dinikmati bersama (creating shared value).

“Kami percaya bahwa Program Semur Cendawan dapat menjadi salah satu solusi bagi Kabupaten PPU dalam menghadapi tantangan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, khususnya sumber pangan alternatif, seiring statusnya sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN),” katanya.

Sementara itu, Head of CRC Zona 10 Dharma Saputra menjelaskan berbagai inovasi yang dikembangkan dalam program ini, antara lain berupa intensifikasi pertanian di lahan pekarangan melalui pembangunan apartemen jamur, pembentukan pusat pembelajaran (learning center), Model Bisnis Inti Plusma, Olahan Produk Jamur, serta penerapan teknologi sederhana yaitu Sterilisasi Media Jamur Dalam Bejana (SEMENJANA), Pengkabut Rumah Cendawan dengan Terencana (BUMANTARA), dan Kompor Minyak Jelantah (KOMJEN).

“Kehadiran pusat pembelajaran di program ini menjadi media pembelajaran kolektif kelompok atau masyarakat yang ingin memiliki komoditas penyangga di pekarangan melalui budidaya jamur tiram dan hortikultura,” papar Dharma.

Program Semur Cendawan ini telah membantu pelestarian lingkungan, salah satunya dengan mengurangi limbah serbuk kayu sebesar 240 ton per tahun dan mengurangi emisi sebesar 40,77 ton CO2/tahun.

Alat inovasi SEMENJANA, misalnya, dapat mengurangi heatloss sebesar 0,37 GJ/Tahun dan mereduksi emisi sebesar 11.572 CO2 eq/Tahun dari pemanfaatan 125.000 baglog per tahun. (Sumber BUMN)