Pontianak Gelar Hari Kue Bulan, Tradisi Ritual Masyarakat Tionghoa

Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian mengapresiasi digelarnya Perayaan Hari Kue Bulan di Kota Pontianak.

KabarKalimantan.id — Warga masyarakat Tionghoa di Kota Pontianak menggelar perayaan Hari Kue Bulan 2575, dimana gelaran tersebut merupakan tradisi ritual masyarakat Tionghoa setiap tanggal 15 bulan ke delapan menurut perhitungan kalender lunar Cina.

Perayaan Hari Kue Bulan tersebut Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kota Pontianak menggelarnya di Halaman Hotel Harris Pontianak, Minggu (15/9) malam.

Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian mengapresiasi digelarnya Perayaan Hari Kue Bulan di Kota Pontianak. Perayaan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi budaya di tengah masyarakat Pontianak yang multikultural dan multietnis. Selain itu juga menjadi simbol persatuan dan keharmonisan antar etnis yang telah lama terjalin di Kota Pontianak.

“Hari Kue Bulan merupakan momen istimewa yang mencerminkan kekayaan budaya dan kerukunan masyarakat Kota Pontianak,” ujarnya usai membuka perayaan Hari Kue Bulan 2575.

Pj Wali Kota menekankan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak akan terus mendukung pelaksanaan acara-acara budaya seperti ini, yang menurutnya penting untuk memperkuat identitas Pontianak sebagai kota yang toleran dan inklusif.

“Perayaan ini juga merupakan kesempatan baik untuk saling berbagi dan mempererat tali persaudaraan,” tambahnya.

Ia berharap agar MABT rutin menggelar kegiatan-kegiatan budaya seperti ini sebagai bentuk pelestarian. Terlebih warga Pontianak yang heterogen menjadikan kota ini kaya akan berbagai khasanah budaya dan adat istiadat. Oleh sebab itu, Pemkot Pontianak memberikan ruang bagi masyarakat untuk melestarikan adat budayanya masing-masing.

“Kita ingin Pontianak dikenal sebagai kota yang berbudaya, kreatif sehingga bisa meningkatkan ekonomi kreatif,” tuturnya.

Sebagai salah satu kue khas warga Tionghoa, Ani Sofian menilai Kue Bulan bisa menjadi salah satu oleh-oleh kuliner bagi tamu-tamu yang berkunjung ke Kota Pontianak.

“Apalagi jika dikemas dengan packaging yang menarik dengan bentuk, rasa dan kemasan yang variatif,” sebutnya.

Kue bulan merupakan penganan khas masyarakat Tionghoa. Banyak kisah yang melatarbelakangi dirayakannya Festival Kue Bulan ini. Terlepas dari berbagai historis dan legendanya, kue bulan yang berbentuk bundar ini punya berbagai rasa yang beragam, ada yang manis maupun asin. Demikian pula isi dari kue bulan ini, mulai dari kuning telur, kacang merah, kacang hijau, buah-buahan dan sebagainya.

Hari Kue Bulan, atau lebih dikenal dengan nama Festival Kue Bulan, adalah perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang biasanya dirayakan pada tanggal 15 bulan ke-8 dalam kalender lunar, bertepatan dengan bulan purnama di bulan September atau Oktober.

Festival ini juga dikenal sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur (中秋节, Zhōngqiūjié). Tradisi utama dari festival ini adalah makan kue bulan, yang biasanya berisi pasta kacang merah, pasta lotus, atau bahkan isian daging.

Kue bulan seringkali dihias dengan motif yang indah dan kadang-kadang disertai dengan kunir telur asin yang dianggap sebagai simbol kesatuan dan kemakmuran. Selama festival ini, keluarga berkumpul untuk menikmati kue bulan sambil menikmati keindahan bulan purnama, yang dianggap sebagai simbol kesatuan dan keutuhan keluarga.

Selain makan kue bulan, perayaan ini juga sering diisi dengan kegiatan seperti menyalakan lampion, menulis puisi, dan berbagai acara budaya lainnya. Ini adalah waktu yang penuh kegembiraan dan refleksi, di mana orang-orang merayakan hasil panen dan menyambut musim gugur dengan penuh syukur.