KabarDayak.com — Ayuan Prawida musisi muda yang tampil manis dengan alat musik tradisional sape saat mengiringi jamuan makan malam atau welcoming dinner para tamu negara dan delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 yang digelar di Bali, Minggu (19/5).
Sape merupakan alat musik yang mirip gitar tapi cara memainkannya bukan digenjreng, melainkan dipetik. Nada-nada apik dari alat musik tradisional khas suku dayak ini sangat indah saat Ayuan memainkan lagu “Karena Su Sayang” dari Near ft. Dian Sorowea, “A Thousand Years” yang dipopulerkan oleh Christina Perri, “Menghapus Jejakmu” dari Noah, hingga “Nothing’s Gonna Change My Love for You” yang dipopulerkan oleh George Benson.
Serunya saat alunan musik khas tradisional dayak tersebut dinikmati para tamu negara yang hadir di WWF Ke-10 di taman budaya GWK. Para tamu negara tersebut lebih santai dan tenang saat lantunan musik Sape diiringi irama musik yang menghadirkan keindahan alam seperti kicauan burung dan gemericik air terjun.
Tampak di tengah panggung adalah latar belakang air terjun yang memperlihatkan tulisan “World Water Forum ke-10”, dengan gambaran pemandangan alam yang memukau.
World Water Forum ke-10 yang digelar di Bali ini dihadiri sejumlah kepala negara dan delegasi. Mulai dari Perdana Menteri (PM) Tajikistan Qohir Rasulzoda, Presiden Sri langka Ranil Wickremesinghe, dan Presiden Fiji Ratu Wiliame Maivalili Katonivere. Kemudian Wakil Perdana Menteri Papua Nugini John Rosso juga telah tiba, serta mantan Presiden Hungaria Janos Ader. Sementara itu, Perdana Menteri Maroko Aziz Akhannouch telah mengonfirmasi kehadirannya namun belum tiba di Bali. Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dennis Francis dan Presiden World Water Council (WWC) Loïc Fauchon juga telah tiba.
Tidak hanya itu hadir juga tamu undangan lainnya dalam jamuan makan malam adalah 17 menteri atau pejabat setingkat Menteri di antaranya dari Australia, Brunei Darussalam, Tiongkok, Kongo, Mesir, Prancis, Kenya, Palestina, Filipina, Saudi Arabia, Senegal, Singapura, Tanzania, Timor-Leste, Tunisia, Persatuan Emirat Arab, dan Uzbekistan. Kemudian delegasi dari negara Brazil, Gambia, Italia, Jepang, Kazakhstan, Meksiko, Mozambik, Belanda, Nigeria, Palau, Qatar, Kepulauan Solomon, Federasi Saint Kitts dan Nevis, Slovakia, Thailand, Turki, dan Vanuatu. Turut hadir perwakilan Organisasi Internasional ada EU, Bank Dunia, IPU (diwakilkan DPR), serta Sekjen PBB (UNESCAP).
Menjadi kebanggan sendiri di tanah borneo seorang musisi muda yakni Ayuan Prawida tampil di hadapan para kepala negara dan juga delegasi dari berbagai negara dengan alunan musik khas Dayak Sape.
Sape adalah sebuah alat musik petik tradisional yang berasal dari suku Dayak di Kalimantan, Indonesia. Instrumen ini memiliki bentuk yang unik, dengan badan yang panjang dan leher yang pendek, serta dibuat dari sepotong kayu yang digali dan dibentuk. Bagian atas sape memiliki lubang suara, sementara bagian bawahnya biasanya dihiasi dengan ukiran atau lukisan yang indah.
Sape dimainkan dengan cara dipetik, dengan pemainnya menggunakan jari-jari untuk memetik senar-senarnya. Bunyinya lembut dan merdu, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Tradisi memainkan sape sering terkait dengan upacara adat, ritual, dan festival suku Dayak, serta digunakan dalam musik rakyat dan pertunjukan seni tradisional.
Selama bertahun-tahun, sape telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai instrumen musik yang indah dan unik. Banyak musisi modern telah mengadopsi sape ke dalam musik mereka, menggabungkan elemen tradisional dengan genre musik kontemporer, sehingga membawa pesan dan keindahan budaya Dayak ke kancah global.