Harga Beras di Balikpapan Capai Rp15.500 Perkilogram

Beras (ilustrasi/Pixabay).

KabarDayak.com — Harga beras medium di Kota Balikpapan mencapai Rp 15.500 perkilogram per hari ini, Senin 21 Mei 2024. Dibandingkan wilayah lain, perubahan harga di wilayah ini merupakan yang tertinggi dalam sepekan terakhir.

Pantauan KabarDayak.com data harian komoditas bahan pokok dari Sistem Informasi Perdagangan Provinsi Kalimantan Timur merilis jika harga beras medium di Kota Balikpapan Rp 15.500 perkilogram. Namun harga beras termurah justru stabil yakni Rp13.000.

Kemudian di Wilayah Kota Samarinda Kalimantan Timur masih stabil di harga Rp 14.700,. Namun berbeda dengan komoditas lainnya yang justru turun drastis seperti garam halus dari Rp11.000 selama sepakan sejak 17 Mei 2024, kita pada hari ini Mei 2024 hanya Rp3.000. Begitu pula dengan komoditi Minyak Goreng Curah dari harga Rp14.000 kini sudah normal di harga Rp12.600.

Jika dilihat perubahan harga dibandingkan 30 hari sebelumnya, harga beras di wilayah ini telah mengalami kenaikan 9,23%.

Kenaikan harga beras ini dipicu karena berkurangnya pasokan beras dari berbagai daerah. Faktor lainnya diduga menjadi penyebabnya yakni terlambatnya musim tanam dan panen padi akibat fenomena el nino pada 2023 lalu. Hingga program bantuan sosial (bansos) pemerintah sebelum Pemilu 2024.

Beberapa waktu lalu pihak Pemprov Kalimantan Timur melalui Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kaltim, Heni Purwaningsih mengatakan, jika harga gabah mencapai Rp 6-7 ribu per kilogram, membuat harga beras melambung. Biasanya, harga beras minimal dua kali lipat dari harga gabah.

“Situasi global dan nasional pasti merasakan dampak. Karena 80 persen kebutuhan pokok di Kaltim harus didatangkan dari luar daerah. Namun, secara bertahap pemerintah provinsi mencoba mengurangi ketergantungan tersebut,” ungkap Heni.

Lanjut Heni menambahkan, Kaltim, sebagai salah satu wilayah yang masih bergantung pada pasokan beras dari luar, seperti Jawa dan Sulawesi, mencoba mengatasi dampak tersebut dengan berbagai upaya. Pemerintah provinsi melakukan pembangunan infrastruktur pendukung sektor pertanian, seperti saluran irigasi dan pembangunan bendungan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi gabah lokal.