KabarKalimantan.id — Mengantisipasi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap meningkat menjelang puncak musim kemarau, Pemerintah Kota dan Polres Banjarbaru menggelar Apel Kesiapsiagaan Karhutla di Lapangan Hijau Mapolres Banjarbaru, Senin (26/5/2025). Apel ini menjadi wujud koordinasi lintas sektor dalam menghadapi potensi bencana ekologis yang berulang.
Penjabat Wali Kota Banjarbaru, Subhan Noor Yaumil, memimpin langsung apel dan membacakan amanat Kapolda Kalimantan Selatan. Dalam amanat tersebut, disorot bahwa karhutla bukan hanya persoalan kebakaran lahan, melainkan juga krisis yang berdampak luas—melumpuhkan aktivitas ekonomi, mengganggu layanan pendidikan, serta mengancam kesehatan publik.
Berdasarkan data sistem pemantauan Lancang Kuning, terhitung sejak Januari hingga Mei 2025 telah terdeteksi 558 titik panas di Kalimantan Selatan, dengan satu titik dikategorikan berisiko tinggi. Sebagian besar titik panas teridentifikasi di lahan gambut, yang memiliki kerentanan tinggi terhadap kebakaran karena sifatnya yang mudah terbakar dan sulit dipadamkan.
“Karhutla adalah isu multidimensi. Dampaknya tidak berhenti pada lahan yang hangus, tapi menjalar ke segala lini kehidupan,” tegas Subhan dalam sambutannya.
Ia mengingatkan kembali pengalaman kelam dari peristiwa kabut asap yang tebal di masa lalu—mengganggu penerbangan, menutup sekolah, dan menyebabkan lonjakan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Bahkan, dalam beberapa insiden, krisis asap memaksa pemerintah menetapkan status darurat nasional dan menerima sorotan internasional.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi antara Juni hingga Agustus, dengan Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua sebagai wilayah yang paling berpotensi dilanda karhutla. Pemerintah daerah diimbau memperkuat sistem mitigasi, respons cepat, dan kesadaran masyarakat sejak dini.
Kapolres Banjarbaru, AKBP Pius X Febry Aceng Loda, menegaskan kesiapan penuh jajarannya dalam menghadapi ancaman ini. Ia mengatakan seluruh Polsek hingga Bhabinkamtibmas telah diperintahkan untuk intensif melakukan patroli dan sosialisasi ke masyarakat mengenai bahaya karhutla serta larangan pembakaran terbuka.
“Fokus kami adalah pencegahan, tapi jika api muncul, penindakan cepat akan jadi prioritas,” ujar Kapolres.
Ia juga menyoroti kawasan Bandara Internasional Syamsudin Noor sebagai area strategis yang mendapat perhatian khusus dari kepolisian. Bandara ini, sebagai objek vital nasional, harus steril dari ancaman asap dan kebakaran yang bisa mengganggu penerbangan.
“Kami minta masyarakat di sekitar bandara disiplin, terutama dalam pengelolaan lahan dan sampah. Kecerobohan sekecil apapun bisa berdampak besar,” tambahnya.
Melalui kesiapsiagaan ini, Banjarbaru berupaya meminimalisir dampak karhutla dan mencegah terulangnya krisis kabut asap yang kerap menjadi momok tahunan. Sinergi antarinstansi dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam membangun pertahanan kolektif menghadapi musim kering yang kian ekstrem.